Santunan Kematian Tak Diberi, LKPI Provinsi Kepri Desak Toke Ikan

waktu baca 3 menit
Jumat, 31 Mei 2024 05:14 0 409 admin

Bintan, Dinamikaglobaltimes.id 

Peristiwa tenggelamnya kapal nelayan di perairan Lingga, yang terjadi tanggal 9 Maret lalu,  mengakibatkan seorang nelayan yang bekerja di salah satu perusahaan meninggal dunia, sesuai pemberitaan media ini sebelumnya, akhirnya ditanggapi Wakil Direktur Humas (Wadirhumas) Lembaga Kelautan dan Perikanan (LKPI) RI, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), di Bintan. 

 

Menurut Martin, Wadirhumas di Lembaga itu, pihak perusahaan harus bertanggungjawab atas musibah itu. Apalagi nelayan yang meninggal itu telah mengabdi di perusahaan itu selama 6 tahun, “miris saya mendengar kejadian itu. Apalagi saya baca dalam pemberitaan di salah satu media, bahwa pihak perusahaan malah, tidak mengakui sebagai karyawannya. Saya pikir, hal ini perlu dicermati. Pastinya, pihak perusahaan harus bertanggungjawab, “katanya tegas (31/05/2024), di Bintan.

Tak hanya itu. Lanjutnya. Dua orang nelayan lainnya yang tubuhnya cedera, wajib diberi uang perobatan. Saya juga baca, bahwa tak satupun dari mereka didaftarkan sebagai peserta BPJS.  Padahal, ini wajib dilakukan setiap perusahaan terhadap karyawannya. Jika masih membandel, dilanjutkan saja ke ranah hukum, “imbuhnya.

Seperti diketahui, ketiga orang nelayan, masing-masing bernama Rusli (60th), Zulkarnaen (36th dan Ervansyah (24th). Mereka pergi mencari ikan sampai ke perairan Lingga. Ikan yang diperoleh pun dijual ke pengusaha bernama Sudirman. Hal tersebut telah berlangsung bertahun-tahun. Namun, ketika nelayan tersebut mendapat musibah, pihak perusahaan malah mendadak tak mengakuinya sebagai karyawan di perusahaannya.

Buntut dari pemberitaan di media ini, Kamis (30/05/2024) kemarin, pihak keluarga Alm Rusli dipanggil pengusaha itu, guna menemuinya  di gudang yang terletak di Tokojo, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Saat itu, Istri Rusli didampingi Putranya bernama Zulkarnaen  (salah seorang nelayan yang ikut bersama Alm Rusli-red) datang menemui pengusaha.

Usai pertemuan, istri Alm Rusli dan putranya menemui media ini di pusaran Pantai Indah Kijang kota. Mereka menceritakan apa yang dibicarakan ketika bertemu Sudirman (Toke ikan-red). Intinya, sang Toke tidak terima, kalau persoalan itu mencuat di media, “kalau sempat persoalan ini muncul di media, saya akan cari kamu, “ujar Zulkarnaen menirukan ucapan sang Toke, di salah satu warung kopi.

Parahnya lagi, usai melakukan pertemuan, Zulkarnaen dan ibunya pulang tanpa diberi apa pun. Padahal, kedua orang ini sangat berharap ada bantuan yang diberikan oleh pengusaha.

Sepertinya, ada yang tak beres di dalam permasalahan ini. Apalagi ada nuansa ancaman dari pihak pengusaha terhadap Zulkarnaen, ketika bertemu dengan Sudirman, di gudang tempat usahanya.

Diminta kepada Aparat Penegak Hukum (APH) di daerah ini, agar segera menangani permasalahan tersebut. Paling tidak, membantu anak dan istri nelayan yang ditinggalkan. Mengingat kondisi perekonomian keluarganya yang pas-pasan. Ditambah lagi, anak-anaknya pun masih dalam usia sekolah. (Richard).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Screenshot

LAINNYA