Bintan, Dinamikaglobaltimes.id
Meskipun masih 2 tahun lagi rencana pemerintah membangun Bendungan (Dam-red) berukuran jumbo di pulau Bintan, tapi telah menjadi gunjingan hangat ditengah-tengah masyarakat. Apalagi menyangkut pemindahan warga dari tanah leluhurnya.
Bahkan belakangan, sejak muncul kembali pemberitaan tentang rencana tersebut, justru masyarakat yang terimbas, tampaknya malah semakin dirasuki perasaan gundah-gulana.
Proyek yang panjangnya kurang lebih 4 kilometer itu, diberi nama Dam Estuari. Rencananya, akan dibangun mulai dari Tanjung Sebauk, kota Tanjungpinang hingga ke desa Pengujan Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan. Ketinggian airnya diperkirakan mencapai 2 meter dari permukaan laut, ketika air laut pasang tinggi.
Dilihat dari besarnya proyek tersebut, tentu saja akan menggusur ratusan pemukiman warga. Soalnya, proyek itu akan melewati belasan desa. Tak hanya itu, hamparan tanaman Mangrove yang selama ini dilestarikan juga bakal ikut tergerus, demi terlaksananya proyek raksasa itu.
Salah satunya Desa Pengujan di Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Sejak mendengar kabar terkait rencana tersebut, masyarakat di desa ini tampak mulai kebingungan. Warga yang telah bermukim puluhan tahun, bahkan telah beranak cucu di desa itu, mau tak mau harus eksodus ke tempat lain. Meski dirasa berat meninggalkan tanah kelahirannya.
Sebut saja Boy. Lelaki bertubuh atletis ini mengaku telah puluhan tahun tinggal di desa Pengujan itu, “saya kaget juga mendengar rencana pembangunan bendungan itu. Sepertinya desa kami itu bakal disulap menjadi waduk. Tentu saja kami yang tinggal di desa itu harus pindah, “ujarnya di Batu 16 Bintan, (13/02/2025).
Padahal, lanjutnya. Saya dan keluarga sudah tinggal di desa itu puluhan tahun. Bahkan, saya sudah beranak cucu. Jadi, untuk pindah dari desa itu, tentu saja berat. Sepertinya, warga di tempat lain juga sama perasaannya dengan kami, “tuturnya.
Masih menurut Boy, “saya pun berharap, supaya pemerintah mengkaji ulang rencana pembangunan Dam itu. Soalnya, bakal banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Kita semua juga tau, mata pencaharian masyarakat yang tinggal di pesisir adalah mencari ikan tak jauh dari pantai. Kalau digusur, kemana mereka mencari nafkah. Karena rata-rata, kemampuan mereka hanya mencari ikan. Kalau memang dipaksakan, takutnya bisa terulang seperti peristiwa di Rempang Batam, “bebernya.
Sebenarnya, proyek besar ini digagas sejak tahun 1997 lalu. Ketika nama daerah ini masih Kabupaten Kepulauan Riau. Saat itu, pemerintah Kabupaten berencana akan membangun waduk berukuran besar, guna menampung air bersih. Kemudian, sebagian air bersih itu akan dijual ke negara Singapura. Tapi, situasi berkata lain. Rencana tersebut kandas lantaran negeri ini dilanda krisis moneter. Namun, 30 tahun kemudian, rencana tersebut akan dilanjutkan. Yaitu tahun 2027 mendatang. Tentu saja dengan kapasitas yang lebih besar lagi. (Richard).
Tidak ada komentar